Tugas Akhir Skripsi – Dewasa ini, kerusakan moral dan etika semakin menjadi- jadi. Entah dari aspek manusia itu sendiri atau memang takdir ilahi. Harus di sadari, pelan namun pasti. Arti tatakarama makin terdistorsi dan terinterpolasi dari substansi. Padahal tatakrama termasuk juga kewajibanmu sebagai siswa di sekolah. Apakah ini pertanda zaman jahiliyah akan datang kembali?
Mungkinkah kiamat kubra sudah hampir mendekati? Kita bisa tanda- tanda kiamat yang sudah terjadi. Di antaranya kota Yerussalem alias Palestina yang hendak di jadikan ibu kota orang yahudi. Mereka menyangka tanah suci palestina adalah tanah mereka sendiri. Padahal hanya mitos belaka yang terprovokasi.
Istilah ‘Kidz Zaman Now’ adalah bukti yang nyata akan kemorosotan akhlak para mudi-muda Indonesia. Istilah baru yang mendunia baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Jika di cerna, arti filosofi ‘Kidz Zaman Now’ terangkai dalam tiga kata yaitu Kidz bermakna remaja, Zaman yang berarti masa, dan Now sekarang maknanya. Miris sekali karena istilah ini menjadi tegoran sekaligus cambuk bagi generasi bangsa. Mungkin kita lupa bahwa Rosulullah SAW bersabda : ‘’Aku di utus untuk menyempurnakan akhlak alias etika.’’ Jika masih mau di akui umat sang baginda, maka mari kita menjunjung tinggi akhlak manusia
Mungkin jika kita mau menelaah, sudah barang tentu akhlak sudah keluar dari ranah syariah. Tatakrama juga kewajibanmu sebagai siswa di sekolah. Tidak sesuai dengan apa yang di ajarkan Nabi di Mekkah dan Madinah. Seakan akan akhlak berjalan tak terarah. Akhlak di anggap remeh di pandang mata sebelah. Dulu akhlak bak mutiara yang indah tapi kini telah menjadi sesuatu yang hina dan rendah.
Kita sebagai siswa tidak boleh hanya pasrah. Guru pun jangan sampai menyerah. Tetap mengajar fokus sesuai dengan contoh RPP yang sedang dibuat pegangan pengajar di sekolah. Tidak hanya diam menganga dengan keadaan yang menjadikan kita lengah. Mengembalikan pamor akhlak menjadi indah, mengentas kerusakan moral yang mulai tumbuh dari zaman jahiliyah, membentengi akhlak dengan baja agar tidak musnah, yang mana hari demi popularitas akhlak sudah hampir punah.
Berikut penulis akan memaparkan sekelumit tatakrama yang dianggap remeh dan nyaris musnah:
Kurang takdzim pada guru
Sudah menjadi hal yang biasa di mata siswa di sekolah bahwa akhlak terutama kepada guru sudah mulai runtuh dari puing puing sejarah. kita tidak tau harus menyalahkan siapa tapi yang pasti etika ini malai menjalar ke tubuh sebagian siswa. Konon siswa zaman dulu tanpa di perintah sang guru pun semangat bergairah dalam mutholaah.
Beda halnya dengan zaman sekarang, di perintah mutholaah tapi malah membantah, meskipun itu dengan cara halus. Padahal perintah seorang guru wajib di taati selagi perintah itu tidak keluar dari tuntunan syariah. Ingatlah, bahwa taat merupakan kewajibanmu sebagai siswa di sekolah.
Pembahasan ini senada dengan dengan penggalan kata yang di lontarkan sahabat ali karramallahu wajhah: ‘’aku adalah hamba sahaya bagi orang yang pernah mengajarkan satu kepadaku kalau pun ia berkehendak ia boleh jual ia boleh membebaskan atu tetap memperbudakku.’’ Subnallah, betapa besar peran seorang guru kepada anak didiknya.
Belajar dalam keadaan hadas
Mungkin remeh tapi berpengaruh pada ilmu yang di dapat . jika boleh di umpama kan ilmu dan hadas itu tak akan pernah bersatu. JIka memang bisa, di pastikan tidak sama hasilnya dengan yang dalam keadaan suci. Di ceritakan dari Syaikh Samsyul Aimmah al-Halwani Rahimahullah, beliau berkata: ‘’sesungguhnya aku memperoleh ilmu ini dengan penghormatan kepadanya, sesungguhnya aku tidak pernah mengambil sebuah kitab kecuali dalam keadaan suci.’’ Suatu ketika beliau terserang penyakit perut, dalam semalam beliau membawa dan mutholaah kitabnya dengan mengulangi wudu’nya sebanyak tujuh belas kali dalam semalam. Hal ini juga Karena ilmu itu cahaya dan wudu’ adalah cahaya.
Memanjangkan kakinya ketika belajar
Syaikhul islam imam Burnanul islam az- Zarnuji mengulas segelintir ibarot dari sekian banyak karangannya. Yaitu termasuk penghormatan yang wajib adalah tidak menyandarkan kakinya kepada kitab yang sedang di kaji di Karenakan sangat tidak sesuai dengan adab seorang siswa. Imam Qodi al imam Fakhrul islam yang terkenal dengan laqob qodikhannya menyatakan: ‘’bila tidak bertujuan merendahkan dengan perbuatan itu maka tidak mengapa tapi sebaiknya ia menghindarinya.’’
Demikian sekelumit dari sekian banyaknya hal- hal remeh yang masih tak di hiraukan. Penulis tak bermaksud menyinggung para kawan- kawan. Kami harap bisa jadi tegoran sekaligus tuntunan. Agar bukan hanya ilmu saja yang kita dapatkan . melainkan kemanfaatan dan kebarokahan ilmu dari guru dan tuhan.